Selasa, 06 Juli 2010

Air soda, dulu disebut aek rara

Tarutung-Aek rara dulu disebut namanya.Kini,pemandian yang berada di desa Parbubu,Tarutung,Tapanuli Utara,itu,familiar dengan sebutan Air Soda.
Meski kolamnya tak sebagus seperti yang di hotel-hotel mewah,bahkan dapat dikatakan cukup sederhana,saban hari,pemandian ini selalu didatangi pengunjung,baik yang berdomisili di Tarutung,maupun dari luar daerah.Apalagi saat liburan.

Konon katanya,air soda yang hanya ada dua di dunia
ini.Selain yang di Desa Parbubu,satu lagi ada di negara Venezuela.Hal itu menjadi magnet tersendiri,yang membuat pengunjung selalu mendatangi pemandian tersebut.

Dikatakan air soda,karena air yang keluar dari balik bebatuan di dasar kolam,bergelembung-gelembung,layaknya minuman yang bersoda..
Tak sedikit pengunjung yang mempercayai bahwa mandi di kolam tersebut,bisa menyembuhkan penyakit,khususnya penyakit kulit.Walau tentunya belum ada penilitian secara ilmiah yang mengatakan demikian.
Saat ini,Air soda merupakan salah satu objek wisata Taput,selain Salib Kasih dan Pemandian Air panas.
Sayangnya,tak  diketahui pasti tahun berapa pertama sekali air soda ini mulai ditemukan.
Namun menurut cerita pengelola pemandian air soda,dulu sekitar tahun 40an tentara jepang,yang saat itu memasuki kawasan Tapanuli  sering  mandi ke tempat tersebut.
Warga desa tersebut belum terlalu berani karena menilai tempat itu angker.
Namun entah karena ada hubungannya atau tidak,saat itu banyak tentara jepang yang sakit.Dan mereka-mereka yang sakit adalah  yang mandi ke tempat tersebut.
Sehingga mengakibatkan tentara jepang marah dan memasang dinamit di bebatuan yang berada di lokasi pemandian tersebut.
Pecahan bebatuan saat itu  mengakibatkan air menjadi berwarna merah.Dan karena  itulah  sempat dinamai  Aek rara (Air merah).

Jumat, 05 Maret 2010

Aku ingin jadi apa ya?

Saat masih anak-anak dulu, aku sama sekali tidak pernah bercita-cita jadi apa. Tak satupun yang tertanam dalam benak, profesi apa nanti  yang akan kukerjakan. Jika banyak teman sekolah di bangku sekolah dasar mengatakan, ingin jadi ini,atau ingin jadi itu,aku sama sekali tidak punya jawaban atau aku akan "Geleng kepala" saja ketika ditanyai bu guru yang sedang  berdiri di depan kelas.Ya! Memang begitulah.Aku tak meniru teman-teman yang sejak kecil sudah memikirkan pekerjaan apa nanti yang akan digelutinya.
Puluhan tahun setelah itu,ternyata,saat aku menulis ini,aku sudah ditugasi  untuk mencari  berita,mengolah dan mewujudkannya dengan kata -kata,untuk selajutnya kukirim ke redaksi,yg aku sendiri  tidak tau apakah nanti itu akan dibaca setelah terbit di koran.
Pendidikanku hanya sampai di bangku  sekolah menengah atas.Namun,saya sangat meyakini,bahwa penulis yang baik adalah, mereka yang terlebih dahulu menjadi pembaca yang baik.Dan wartawan yg baik,tentunya  yang harus  terlebih dulu menjadi penulis yang baik.
Intinya bagi saya, wartawan tidaklah harus  dari sarjana jurnalistik.
Satu lagi,saya juga tidak akan pernah mau sok gagah-gagahan untuk mengatakan akan menjadi wartawan yg idealis,anti amplop,berpihak kepada rakyat dan segala macamnya.
Tidak!Saya  hanya ingin memotret dan menulis karena memang saya cinta dan merasa senang ketika menjalankannya.
Itulah dulu kesitu.
Oia,saya juga sangat mendambakan seorang wanita yang "smart",yang nyambung saat diajak bicara tentang apa saja (Selain jg cantik tentunya,hehe),yg mau  menemaniku dengan segala kesederhanaan hingga hari tua...